Lensapapua – Eksistensi dari BUP (Buku Untuk Papua) untuk ukuran di tingkat nasional sudah berjalan 3 tahun lebih. Sedangkan untuk di Sorong baru kita jalani 2 tahun, dan lebih khusus untuk di Sorong Selatan yang saya pimpin saat ini baru beberapa bulan kegiatan itu berjalan, ucap Yohanes Don Bosco Maro, S.Si, di Sorong, Sabtu (16/5).
“Ia mengakui, selama bergelut pada kegiatan BUP memang minat baca anak- anak cukup tinggi. Kita belum bisa memprosentasekan hal itu secara Matematika,” katanya.
“Saya bangga dengan minat baca anak yang rata-rata masih usia SD cukup tinggi.” Bahkan orangtua pun ikut bergabung dalam kegiatan baca ini.
Pernah ada satu kasus di Kampung Kuadas, Distrik Makbon Kabupaten Sorong. Kalau buku yang dibawa pihaknya ternyata sangat direspon baik dari para orangtua.
Sumber tersebut, sempat menanyakan ada buku-buku tentang perikanan kah atau ada kaum mama pun demikian, sembari tanya ada buku tentang masak-masak kah, dengan gaya dialek setempat, ujarnya.
Sementara untuk saat ini dengan bertambahnya peminat di Sorong Selatan, dimana mereka minta buku Bahasa Inggris, tapi kami juga cukup kesulitan untuk mengindahkan permintaan dari beberapa sumber masyarakat.
Salah satu pertimbangannya, kata Bosco, karena kerja seperti ini sifatnya mengabdi atau bisa dibilang saja tidak digaji. Jadi kamipun sedikit mengalami kesulitan untuk mencari orang yang punya hati untuk menyumbangkan apa yang menjadi niat suci bersama teman kegiatan.
“Kami terus berupaya untuk membangun komunikasi dengan berbagai pihak, agar bagaimana bisa tersentuh hatinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan buku, sehingga sedikit demi sedikit permintaan itu bisa dipenuhi, “tutupnya. (rim/Red)