Lensapapua Bintuni – Sangat miris kehidupan para nelayan di pesisir laut Taroi. Pasalnya dari 147 nelayan terdiri dari Kampung induk Taroi 80 KK, dan sekitar 67 KK dari dua kampung pemekaran sekitar yakni kampung Tambanewa dan Kampung Pera-Pera yang menggantungkan hidupnya dengan hasil tangkap laut.Namun nilai jualnya belum mampu mensejahterakan kehidupan perekonomian para nelayan.
Dimana dari hasil tangkap mereka seperti udang misalnya hanya mampu di hargai oleh perusahaan sekitar Rp.42.000,- jauh dari harapan harga yang dipandang layak oleh para nelayan.” Kami melaut paling sedikit bahan bakar yang kami keluarkan sekitar 20 – 50 liter BBM. dan dengan harga sekitar Rp.15.000,- /ltr, “ujar Abidin.Solowat Minggu (21/2)
Abidin menjelaskan, selama sekitar dua periode masa pemerintahan daerah Bupati berlangsung hingga memasuki periode ketiga, baru sekitar dua tahun terakhir adanya perhatian pemerintah melalui kerjasama Dinas perikanan kelautan dengan mendorong hadirnya kemitraan pihak ketiga perusahaan untuk menerima dan mengelola hasil tangkap nelayan. namun demikian hal ini di pandang untuk perlu kembali di benahi dengan baik. dimana terkait kesejahteraan nelayan belum terperhatikan.
” Kami minta untuk harga pembelian udang harus di perhatikan pihak perusahaan penampung untuk di naikkan. pasalnya harga dengan para nelayan Taroi dan RKI berbeda, sedangkan kualitas nelayan sama,”
Sehingga dengan adanya perubahan tersebut, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan terjadi pembaharuan kesejahteraan masyarakat.
” Kami masyarakat kecil tidak minta banyak. namun sekiranya hidup mati kami dilaut seimbang dengan apa yang kami dapatkan”paparnya. (ian/RED)