Lensapapua, BINTUNI- Bertempat di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Teluk Bintuni (14/9), Dinas Pendidikan Teluk Bintuni melalui Bidang Pendidikan Nonformal gelar Pelatihan pengembangan kurikulum bahan ajar dan model pembelajaran pendidikan anak usia dini.
Merupakan Kegiatan Workshop Bahan Ajar PAUD sebagai salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah untuk melaksanakan Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD.
Kepala Dinas Pendidikan Bintuni Derek Lokden melalui Kabid pendidikan nonformal Martinus Manatin SH mengatakan, pihaknya melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan dimana merupakan sederetan serangkaian kegiatan yang utamanya adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar dalam melalukan pembelajaran dan pembinaan usia dini bagi para pengajar.
Kegiatan yang di awali dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, selanjutnya melakukan kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan standar isi, diskusi hasil pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, Studi dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan ajar silabus, serta presentasi hasil pengembangan dan penyusunan laporan sangat rentan dilakukan mengingat pentingnya masa golden age anak usia dini (0-6 tahun).
” Maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya (Teori konstruktivisme). Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni,”Ujar Manatin
Manatin menjelaskan, dimana selama ini karakteristik perkembangan anak usia dini sering dilihat dari segi kemampuan kognitif, sosial-emosional, moral dan nilia-nilai agama, fisik, bahasa dan seni. Padahal pendapat ahli tentang kemampuan anak sekarang makin berkembang dengan adanya teori kecerdasan jamak (multiple intelligencies) dari Gardner, dimana seorang anak sebenarnya memiliki lebih dari satu kecerdasan.
Dengan demikian, perlu dirumuskan suatu standar perkembangan bagi anak usia dini yang dikembangakan berdasarkasn karakteristik perkembangan anak yang meliputi aspek-aspek perkembangan: moral dan nilia-nilai agama, sosial-emosional dan kemandirian bahasa kognitif, fisik motorik dan perkembangan seni, agar dapat digunakan oleh para pendidik anak usia dini dalam mengembangkan seluruh potensi anak.
“Sederet faktor resiko pada anak usia dini terkait dengan ketidak matangan aspek sosial-emosi seperti rendahnya rasa percaya diri, rendahnya kemampuan bekerjasama, kurang konsentrasi, ketidak mampuan dalam berkomunikasi, dan kurangnya rasa empati, kelak mereka di kemudian hari akan mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan merugikan banyak kehidupan mereka ke depan,”Jelasnya
Dirinya berharap melalui fokus workshop yang diselenggarakan ini, dapat meningkatkan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dan pengembangan bahan ajar yang terstandar sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan anak secara patut. (ian)