Lensapapua– Wakil Ketua DPRD kabupaten Sorong, Maz Izaak Fonataba,SE.M,Si. Mengatakan,Upacara HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2014 ke-69,Yang dilaksanakan dikabupaten Sorong,beberapa waktu lalu.Adalah yang paling baik dan bagus dari apa yang selama ini telah dilaksanakan tiap tahunnya dikabupaten Sorong. Katanya saat diwawancarai diruang kerjanya. Selasa 19/8.
Hal ini tentu berdasarkan kenyataan yang kita lihat secara bersama-sama, Dalam melaksanakan tugas nya Pasukan pengibar Bendera (Paskibra) benar-benar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,sedemikian khidmat dan sempurnanya sehingga tidak menemui kendala atau kesalahan sedikitpun.Ujarnya.
Max mengkisahkan pengalamannya ketika dirinya terpilih sebagai salah satu anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) Nasional, Yang diutus pada tahun 1976 untuk bertugas di Istana Merdeka Jakarta mewakili seluruh pelajar Papua,pada waktu itu masih Irian Jaya. Jelasnya.
Ia juga menceriterakan pengalamannya ketika dirinya masih duduk dibangku kuliah pada tahun 1977 di Jogyakarta. Kemudian pada tahun 1978 Ia bergabung dengan taruna Paskibraka Indonesia didaerah Jogyakarta,Kemudian taruna Paskibraka ini mendapat kepercayaan dari Kanwil Departemen pendidikan dan Kebudayaan melalui biro kepemudaan untuk menyeleksi Paskibraka Nasional dari Jogyakarta dan juga mendapat kepercayaan untuk melatih pasukan Paskibraka ditingkat Provinsi maupun ditingkat Kabupaten. Beber Max.
Dengan pengalaman inilah yang membuatnya dapat menilai pasukan Paskibra dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Sorong yang sudah sangat baik dan bagus, Tinggal bagaimana Ia melihat kesempatan, agar putra putri asli daerah Papua bisa mendapat kepercayaan masuk dalam pasukan Paskibra yang ada ditingkat daerah.Imbuhnya.
Menurut pengamatannya dari 30 Orang Paskibra pada HUT RI ke-69 lalu,Putri Papua hanya 2-3 orang saja yang masuk pada pasukan Paskibra tersebut,sementara untuk Putra Papua tidak sempat saya hitung.Bahkan menurut pengamatan saya selama ini jarang sekali Putri Papua mendapat kesempatan untuk membawa penampang atau baki yang berisi Bendera Merah Putih tersebut. Terangnya.
Oleh karena itu,Yang perlu saya sampaikan disini adalah pelaksanaan Paskibra ini kan ada di daerah Papua, “kenapa anak-anak Papua tidak diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas tersebut,sementara ini adalah tugas Negara”. Seharusnya anak-anak Papua ini ditanamkan rasa kebangsaan itu lewat tugas-tugas seperti ini. Ujarnya.
Hal seperti inilah yang pernah dirasakannya kala mengikuti Paskibraka tingkat Nasional di Istana Merdeka,Bahkan dirinya pernah mendapatkan kepercayaan sebagai pengerek bendera sekaligus sebagai Komandan kelompok 8.Beber Max.
Kemudian ketika pelaksanaan sarasehan Paskibraka ditingkat Nasional pada Indonesia Emas pada waktu itu, Disana saya mengusulkan agar anak Papua harus diberikan kepercayaan untuk membawa penampang atau baki tempat bendera Merah Putih, dan ternyata usulan tersebut membuahkan hasil.Dan dicatat baik oleh biro pemuda pada Kementerian pemuda dan olahraga,juga Kementerian pendidikan,Akhirnya beberapa anak Papua maupun non Papua mendapat kepercayaan membawa penampang Merah Putih tersebut.Tegasnya.
Sesuai dengan pengamatan nya selama ini, Apa lagi jika pelaksanaan tersebut ada ditingkat daerah dalam hal ini di Kabupaten.Seharusnya kepercayaan tersebut harus diberikan.Seperti yang pernah terjadi dulu,seorang pelajar putri nona Komboi dari Merauke pernah membawa penampang Bendera Merah Putih di istana Merdeka, Ternyata tidak kalah dari saudara-saudara setanah air diwilayah lainnya. Ungkapnya.
Oleh sebab itu saya berharap,Paskibra tingkat Kabupaten atau secara khusus di tingkat daerah Papua ini harus diberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak-anak putra daerah,agar mereka ikut merasakan,memiliki bahwa Merah Putih itu juga milik orang Papua. Inilah yang menjadi kerinduan saya. Tegasnya. Pungkasnya. (Red)