Lensapapua– Bupati Tambrauw Gabriel Asem, SE, M.Si mengemukakan bahwa Distrik Miyah dimekarkan sejak tahun 2007, dan pada saat itu rumah di daerah tersebut hanya ada satu saja dan memang digolongkan sangat terisolir.
“Distrik ini yang dimekarkan oleh kabupaten induk (Kabupaten Sorong) dengan Kadistrik Yosep Yewen atas kerja kerasnya mulai muncul satu dua bangunan. Begitu pula Kantor Distrik juga dibangun secara darurat,” ujarnya usai meresmikan Jembatan Kamundan, Selasa (6/5) .
Bahkan saat itu juga belum ada transportasi melalui jalur darat dan satu-satunya melalui transportasi udara menggunakan helikopter dengan biayanya sangat besar.
Bahan bangunan didrop di Distrik Senopi dan dipikul oleh masyarakat menuju Saikwa, ibukota Distrik Miyah, harus melalui beberapa kali yang harus dilalui dengan memakan waktu dalam perjalanan selama satu hari.
Dengan adanya beberapa kali tersebut masyarakat setempat membangun jembatan darurat, tapi upaya itu tak bisa bertahan lama, dan kayu yang dibuat untuk jembatan hanyut dibawa air karena arusnya begitu deras.
Memang konsep pembangunan dan berbagai upaya terobosan untuk membuka dari keterisolasian pada distrik ini membutuhkan perjuangan dan terobosan dari tangan seorang pemimpin yang betul-betul memahami banyak hal yang harus dilakukan agar distrik ini bisa segera keluar dari keterpurukan.
“Setelah jalan darat Papua Barat ini mulai terbuka secara perlahan pembangunan fasilitas pemerintahan dan perumahan masyarakat setempat di lokasi ini baru mulai nampak,” ujar Gabriel Asem.
Pada saat pemilukada yang lalu masyarakat setempat untuk menyebrang pada kali tersebut juga terbuat dari bahan rotan, maka peresmian jembatan Sungai Kamundang ini berbeda dari yang lazim dilakukan, dimana yang biasanya melalui acara pengguntingan pita.
Tapi peresmiannya kali ini menggunakan pemotongan rotan secara adat masyarakat setempat yang dibentang sejumlah kain timur mewarnai tempat berlangsungnya acara peresmian.
Usai pemotongan rotan yang dilakukan Bupati Gabriel Asem dan Wakil Bupati Yohanis Yembra, keduanya diapit oleh grup tarian adat masyarakat setempat beriringan melintasi jembatan sepanjang 120 meter.
Kemudian diikuti oleh para hadirin termasuk awak media yang turut mengabdikan gambar ikut menyemarakkan suasana yang begitu akrab, tanpa peduli panas teriknya matahari meskipun kucuran keringat yang membasahi sekujur tubuh bukan suatu penghalang.
Hal ini sebagai rasa ungkapan rasa syukur, bahwa masalah sarana transportasi yang menghubungkan distrik yang satu ke distrik lain semuanya sudah bisa terkases.
“Jadi, sejak saya dilantik menjadi Bupati Tambrauw bertekad untuk membangun sebuah jembatan permanen yang hari ini diresmikan penggunaannya maupun peresmian beberapa jembatan sebelumnya di distrik yang lain,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas PU Abdul Kadir Wewang mengatakan ada jembatan Sujak II yang masuk di Wayo lama Distrik Fef, jembatan Wayo II yang menghubungkan Werur-Bika dan juga jembatan Bamusweman. Jadi dari Sorong langsung melewati Bamusweman dan tak perlu lagi harus melewati Mega Distrik Moraid untuk menghemat kurang lebih 30 kilometer.
“Kami prediksi kalau mau dipersentasekan, khusus untuk pembangunan jalan dan jembatan yang ada di 12 distrik Kabupaten Tambrauw sekitar 60 persen untuk jalan-jalan utama kabupaten. Tinggal jalan utama Senopi–Waibem yang mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dilanjutkan sambil menunggu penyusanan analisa mengenai dampak lingkungannya,” jelas Kadir Wewang.
Bupati Asem bersama dirinya sesuai dengan bidang ke-PUan dimana kami telah melakukan lobi-lobi di Jakarta dengan Kementerian PU, Badan Anggaran, Komisi V maupun melalui Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal yang mudah-mudahan tahun ini bisa kita dapatkan bantuan anggarannya, kata Kadis PU Tambrauw Kadir Wewang. (rim/Red)