Lensapapua– Menanggapi soal ditangkapnya para aktivis yang tergabung dalam beberapa organisasi gerakan, di Jayapura terkait dengan kedatangan tim dari MSG, Ones Suhuniap Sekertaris Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Komite Nasional Papua Barat yang dihubungi Manokwari Ekspress, Selasa 14/1.
Ones menjelaskan, dengan membubarkan aksi massa yang menduduki Kantor DPRP, untuk bertemu dengan tim MSG, ini semakin menunjukan bahwa tidak ada demokrasi di Negara Indonesia.
Selama ini Indonesia mengatakan sebagai Negara demokrasi, tetapi pada kenyataannya Negara selalu membungkam aspirasi rakyat,”kata Ones.
Aksi protes terhadap kedatangan tim MSG yang kedatangannya disembunyikan ini, berawal dari massa yang dikoordinir oleh WPNCL,KNPB, NRPB,dan organisasi perjuangan mahasiswa lainnya, yang menduduki Bandara Sentani untuk menjemput dan bertemu dengan tim MSG. Tetapi, kedatangan tim tampaknya lebih awal dan terkesan disembunyikan, karena jadwal kedatangannya ternyata dimajukan pukul 05.00 WIT, mereka langsung dijemput Kapolda dan Pangdam.Terang Ones.
Massa yang sudah menunggu, sangat kecewa tidak bisa bertemu dengan tim tersebut, dan menuju ke DPRP untuk menyampaikan aspirasi mereka, dengan menggunakan tiga buah mobil. Disana,masa berorasi yang disampaikan Markus Haluk, Sekjen AMPTPI, sebagai bentuk kekecewaan atas tindakan menyembunyikan kedatangan tim MSG,”kata Ones.
Lebih lanjut Ones mengungkapkan, tetapi Polisi di bawah pimpinan Wakapolres Jayapura, melakukan pembubaran paksa dan menangkap 46 orang massa yang melakukan aksi protes di depan gedung DPRP tersebut, termasuk Markus Haluk dan beberapa orang dari organisasi perjuangan lainnya.
Sudah jelas, ini menujukkan bahwa ruang demokrasi untuk rakyat Papua ditutup rapat-rapat. Kami sangat menyesalkan tindakan ini, setiap kali menyampaikan aspirasi selalu di tangkap, dan di penjara, “tambah Ones. (ved/Red)