Lensapapua, Dunia pendidikan di Kabupaten Sorong mengalami kendala yang nyaris sama dengan sejumlah daerah di Papua Barat.
Luasnya geografis dan sulitnya jangkauan ke pelosok membuat sektor pendidikan mengalami hambatan terutama distribusi alat-alat peraga pendidikan maupun mobilisasi tenaga guru ke daerah-daerah terpencil.
Kendati demikian pembangunan sektor pendidikan menjadi salah satu prioritas di Kabupaten Sorong antara lain dengan gelontoran dana bagi hasil migas Otsus bagi total 929 peserta didik dari paud hingga perguruan tinggi.
Selain itu, penyediaan angkutan khusus yang digratiskan bagi siswa-siswi Kabupaten Sorong sebanyak 33 unit yang tersebar di berbagai distrik.
Pada tahun anggaran 2022 Kabupaten Sorong menganggarkan dana BOSDA sebesar total Rp. 5,7 Milyar untuk Sekolah Dasar dan SMP se-Kabupaten Sorong.
Melalui dana tersebut Pemkab Sorong berhasil menyelenggarakan pendidikan gratis bagi 14.803 murid SD dan 5.535 murid SMP di seluruh Kabupaten Sorong.
Saat ini tenaga guru kontrak yang di biayai dengan dana Otsus tercatat sebanyak 99 orang yang tersebar di SD dan SMP di seluruh wilayah Kabupaten Sorong.
Sedangkan data tahun 2022 jumlah total guru di Kabupaten Sorong dengan status PNS sebanyak 1.140 orang, P3K sebanyak 297 orang, dan non PNS sebanyak 358 orang.
Pj. Bupati Sorong, Yan Piet Mosso dalam paparan kepala daerah saat Raker Bupati/Walikota se-Papua Barat mengatakan jumlah guru ini masih sangat kurang untuk melayani seluruh sekolah di Kabupaten Sorong.
“Kami masih butuh sekita 535 guru yang harus didistribusikan ke seluruh SD dan SMP yang tercatat total sebanyak 196 SD dan 46 SMP,” papar Yan Piet Mosso.
Dalam kesempatan itu, Pj. Bupati Sorong mengungkapkan di Kabupaten Sorong telah membangun kerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan yang melahirkan Kampung Inggris.
“Di kampung ini sejumlah anak asli Papua dididik dengan bahasa asing antara lain bahasa Inggris dan Mandarin. Sebanyak 2 angkatan sudah diberangkatkan ke luar negeri untuk studi lanjutan sebagai komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan dan orang asli Papua,” jelasnya.
Sebagai catatan, di seluruh tanah Papua, program Kampung Inggris hanya ada di Kabupaten Sorong yang saat ini tengah mendidik 78 siswa orang asli Papua (OAP).
Selain itu, ada juga Rumah Singgah yang dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan kepemimpinan dan penggalian potensi diri bagi para peserta.
“Saat ini sedang digembleng anak-anak OAP khususnya asli Moi dengan berbagai keterampilan salah satunya keterampilan komputer dan meluluskan 30 orang siswa asli Moi pekan lalu,” beber Yan Piet Mosso. red