Lensapapua – Ketua DPRD Provinsi DI Yogya H. Yoeke Indra Agung Laksana, SE, mengatakan, animo mahasiswa asal Papua dan Papua Barat yang belajar di Yogya cukup tinggi.
Hal ini dapat digambarkan secara umum jumlah asrama mahasiswa Papua yang terdata sekitar 31, dan sementara yang belum terdata ada sekitar 33 asrama, katanya di Aimas, Senin (23/3).
Ke depan tentunya Pemprov DI Yogya akan terus mendata berapa banyak mahasiswa asal Kabupaten Sorong yang mengkuti pendidikan di Yogya.
Kami berharap, kiranya mahasiswa dari luar DIY ketika datang ke Yogya rata-rata mereka indekos. Bahkan penataan kos-kosan memang sudah baik, dan tidak ada lagi istilah kumpul kebo.
“Kalau dulu tahun-tahun 1980-an, kata Agung, Yogya terkenal dengan kumpul kebo maupun narkoba, tapi sekarang ada Perda tingkat kabupaten melarang kos-kosan pada induk semangnya. Jadi, kos-kosan harus ada induk semangnya untuk mengawasi apa kegiatan mereka yang kos di tempat tersebut.
Masalah kumpul kebo atau narkoba pada kos-kosan di Yogya sangat kecil sekali terjadi, karena ada yang mengawasi mereka (mahasiswa). Yang sudah terjadi sekarang ada asimilasi, baik dari Papua, Makassar, Kalimantan, dan semua daerah yang ada di Indonesia.
“Sekarang ada kecenderungan bagi anak-anak kita yang indekos dari semua suku, dan mereka pun bisa saling berbaur. Kalau mereka mengumpulkan sekian banyak orang untuk menyewa rumah, maka yang terjadi mahasiswa itu hanya mengumpulkan sesama mereka dari satu daerah yang sama. Memang pola itu sudah mulai berubah.
Ia mengakui sudah ada keputusan yang mengharuskan di tingkat RT, RW, desa termasuk ke asrama-asrama diidentifikasi, dan diikutkan dalam setiap kegiatan, seperti pada momen hari-hari besar nasional. Dengan tujuan agar masyarakat yang dari luar bisa berasimilasi dengan masyarakat DIY, katanya.
Acara ditandai dengan pemberian cendramata baik dari Pemkab Sorong berupa plakat kebesaran daerah maupun dari DPRD setempat kepada Ketua DPRD DIY. Dan diakhiri dengan foto bersama di halaman Kantor Bupati Sorong. (rim/Red)