Lensapapua – Kita ketahui bersama bahwa di Papua ada Otonomi Khususnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, tentu dalam Undang-undang tersebut ada keberpihakan dan pemberdayaan. Saya merupakan bagian dari orang Papua, ujar Dr. Hj. Baesara Wael, yang siap menjadi bakal calon Wagub Papua Barat, ia akan mendampingi Jonathan Rumainum, SE, MBA yang akan menjadi Balon Gubernur Papua Barat 2017 mendatang.
Menurutnya, ibu saya berasal dari Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni. Saya melihat di UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otus Papua, menyebutkan adanya persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, ucap Dr. Hj. Baesara Wael di Aimas, Kamis (10/3).
Kemudian di situ juga disebutkan ada yang menyangkut hak azasi manusia. Nah, pemberdayaan ini penyetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kami harapkan jika perempuan bisa maju menjalankan salah satu amanat demokrasi diberikan kesempatan yang sama.
Soal terpilih dan tidaknya nanti, lanjut Baesara Wael, ya itu menjadi urusan Tuhan. Tapi kita tentunya berupaya sebagai hak demokrasi, jelas Baesara Wael.
Berikutnya, bahawa kita di Papua terdiri dari multi-etnis, dan gubernur dan wakil gubernur merupakan wakil pemerintah pusat yang ada di daerah. Kriterianya adalah nomor satunya Papua asli dan nomor duanya bisa blaster, karena ini juga manusia jelasnya mempunyai hak azasi dalam arti dia punya keterwakilan dari penduduk asli Papua lainnya, katanya.
Jadi kesetaraannya bisa kita wujudkan di tanah Papua. Karena kita berada di tanah Papua paling tidak pengakuan itu harus ada dan tidak ada keragu-raguan.
Terkait hal itu, kemarin sempat saya pulang ke kampung halaman di Babo, Bintuni untuk mengetahui sil-sila yang sebenarnya seperti apa. Bahkan orang-orang tua di sana sudah menulis struktur keturunan seperti apa, dan saya juga merupakan bagian dari anak Papua, akuinya.
“Intinya, kami juga diberi kesempatan yang sama juga sebagai hak demokrasi anak bangsa.Yang jelas semua orang punya komitmen untuk maju tentunya siap dalam hal yang kuncinya untuk membangun wilayah Papua Barat,” tutup Baesara Wael.
Ia menambahkan, setelah kami berdiskusi dengan Pak Rumainum beliau adalah berasal dari kalangan profesional bekerja pada perusahaan yang ketat. Jadi di sini saya merasa ada keseimbangan di natara kami berdua.
Apalagi Pak Rumainum bekerja pada perusahaan besar tentu tingkat disiplin kerjanya juga begitu ketat dengan berbagai pengalaman di bidang manajemen, jika pengalaman beliau tersebut dibawa ke pemerintahan maka murni semuanya.
Tapi dari manajemen yang diterapkan di perusahaan kemudian dibawa ke pemerintahan maka disiplin kerja Pak Rumainum itu yang saya tertarik. Hal ini antara pemimpin di perusahaan dan pemerintahan tidak sama, seperti bidang sosial kemasyarakatan ini yang perlu adanya suatu kebijkan, tutupnya. RED