Lensapapua – Ketua panitia pelaksana Bimtek Kurikulum 2013 bagi guru agama Katolik, Kankemenag Kabupaten Sorong Donatus Jempormasse, mengemukakan, dalam era sekarang diperlukan adanya suatu peningkatan mutu guru yang menjadi bahan perhatian bagi kita bersama.
Peningkatan produktivitas dalam penyelenggaraan pendidikan agama Katolik khususnya antara lain melalui Bimtek Kurikulum 2013 yang saat ini kita selenggarakan selama 5 hari dan berakhir 11 September 2015, ujarnya, Senin (7/9).
Tujuan kegiatan ini untuk membekali para guru agama Katolik, dimana keberadaan kurikulum 2013 dinilai sangat penting sebagai bahan acuan dalam mencapai sasaran yang kita inginkan bersama.
Dengan adanya kegiatan ini dapat membekali para guru agama Katolik dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolahnya, sehingga menjadi bahan dalam mengukut indikator keberhasilan mutu dan layanan pendidikan pada semua jenjangh pendidikan agama Katolik yang ada di wilayah ini.
Jumlah peserta yang mengikuti Bimtek Kurikulum 2013 ini sebanyak 21 orang guru agama Katolik. Sedangkan nara sumbernya, yakni dari Dirjen Bimas Katolik, Kemenag RI, Pembimas Katolik Knwil Kemenag Papua Barat serta Kakanmenag Kabupaten Sorong.
Kegiatan pembukaan Bimtek ini berjalan aman, tertib, lancar dan sukses serta mendapat respon positif dari peserta. Hal ini ditandai dengan sesi tanya jawab ada lima penanya terkait dengan berbagai kendala yang terjadi di lapangan, terutama terkait dengan masih terjadi rangkap mengajar, dimana guru SD bisa menjagar di SMP maupun SMA, karena kekurangan tenaga guru agama Katolik.
“Mereka mengajarpun karena panggilan hati, tanpa diberi upah tambahan jam mengajarnya.” Hal ini seperti yang dikemukakan salah satu guru agama Katolik dari Kabupaten Tambrauw, yang merupakan wilayah kerja dari Kantor Kemenag Kabupaten Sorong, mengaku hal tersebut dihadapan Sekretaris Dirjen Bimas Katolik, Kemenag RI, pada sesi tanya jawab.
Terkait dengan hal itu, Sekretaris Dirjen Bimas Katolik, Kemenag RI Drs. Agustinus Tunggagempa, MM, juga memberi apresiasi atas kinerja para guru tersebut, sehingga dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah meski masih terjadi kekurangan guru agama Katolik, tapi hal itu bisa berjalan dengan baik. “Ini merupakan suatu peningkatan dedikasi dan loyalitas terhadap peningkatan layanan pengabdian para guru yang perlu kita acungkan jempol,’tutupnya. (rim/Red)