Lensapapua– Ketua dewan juri kegiatan Outbond, Asahiruddin, yang kesehariannya sebagai tenaga pendidik (Guru) pada Kementerian Agama MTS Almaarif I Aimas, menjelaskan dalam teknikal meeting yang telah disampaikan ada sekitar 33 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengikuti kegiatan ini, namun dalam pelaksanaan kegiatan yang ikut hanya 30 SKPD, 3 diantaranya tidak ikut terlibat, jelasnya,Jumat ( 21/11)
Menurut Asahiruddin, desain program kegiatan Oubond ini dinilai sangat berhasil, karena seluruh peserta yang turut mengikuti sangat bersemangat untuk menerjunkan perwakilan-perwakilannya dalam mengikuti game-game ini, game ini dibuat/dikemas sedemikian rupa untuk bisa melupakan segala rutinitas ibu-ibu DWP yang telah rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk melakukan satu hal yang terbaik bagi SKPD nya masing-masing, tuturnya.
Secara rinci dijelaskan bahwa kegiatan Outbond dimulai dari tugu Merah dengan berjalan kaki hingga nantinya finish dikantor bupati Sorong, tentunya terlebih dahulu melewati beberapa rintangan, setiap peserta yang masuk pada pos I, harus berusaha untuk mengeluarkan bola tennis meja yang dimasukkan dalam Piva paralon yang sudah diberi lubang, dengan memasukkan air kedalam Piva tersebut hingga bola itu bisa mengambang keatas.Nilai atau hasil akhir dari permainan ini adalah regu yang tercepat mengeluarkan bola tersebut itulah yang akan menjadi pemenangnya, artinya perlu kerjasama dan kecepatan waktu.
Kemudian pada pos ke-II ada estafet pengumpulan bola, seberapa banyak bola yang bisa dimasukkan masing-masing regu kedalam keranjang yang sudah ditentukan, dengan berjalan berduaan sambil mengapit bola tersebut didadanya, dan bola yang terbanyak masuk kedalam keranjang itulah yang akan jadi pemenang.
Berikutnya pada pos ke-III, merangkai lambang/logo, visi-misi DWP, melalui kegiatan ini diharapkan agar semua peserta tidak hanya tau berorganisasi, tapi harus tau dan mengerti apa visi-misi dari organisasi tersebut, sehingga ketika melakukan suatu pekerjaan sudah dapat mengetahui arahnya kemana.
Lalu pada pos ke-IV ada game titian, tantangan nya adalah setiap peserta harus bisa melewati jembatan tersebut, jika peserta tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya atau bahkan sampai jatuh kedalam kolam, maka nilainya akan dikurangi 10.
Berikutnya untuk mengukur stamina, menguji kekompakan dan kebersamaan para ibu-ibu, tantangan berikutnya adalah dengan menaiki gunung menggunakan tali hingga sampai dipuncak gunung, jika masing-masing regu tidak bisa menaiki gunung tersebut maka regu itu akan di-diskualifikasi atau tidak dihitung nilai dari pos pertama hingga pos selanjutnya.
Tantangan terakhir adalah lomba Bakiak, dalam lomba ini tentu yang sangat dibutuhkan adalah kekompakan dan kerjasama regu untuk bagaimana bisa menggunakan Bakiak tersebut berjalan dari star awal hingga garis finish tanpa jatuh, hal ini dimaksudkan karena ada nilai yang diminta oleh panitia untuk menyimpulkan bagaimana para peserta dapat bekerjasama dengan kompak dan menjadi sebuah nilai plus dari masing-masing regu tersebut, atau dengan sebutan regu pavorit, inilah beberapa item yang akan digabung menjadi satu, sehingga masing-masing regu bisa dikatakan keluar menjadi juara satu, dua dan tiga, kemudian juara harapan satu, dua dan tiga ditambah dengan juara pavorit, katanya.
Dengan demikian kesimpulan dari seluruh rangkian kegiatan rintangan/game ini ada saling keterkaitan sehingga penilaian nya dibuat secara menyeluruh, karena ini menjadi hasil akhir dari seluruh rangkaian pelaksanaan Outbond DWP tahun 2014 ini, pungkas Asahirudin. (Red)