Berdasarkan Survey SSGI Tahun 2022 Prevalensi Stunting Cenderung Menurun Diangka 21,6%

Musrembang Papua Barat Daya
banner 120x600
banner 468x60
Musrembang Papua Barat Daya

Lensapapua – Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022  prevalensi stunting cenderung menurun dari angka 24,4% tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022.

 

banner 325x300

Capain tersebut, belum sesuai dengan target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2022 sebesar 18,4%. Guna untuk mencapai target pada tahun 2024 sebesar 14%, maka membutuhkan penurunan sebesar 4,6%.

 

Demikian dijelaskan, Menteri Dalam Negeri, melalui Staf Khusus Kemendagri Bidang Pembangunan Desa dan Perbatasan, Hairuddin Hasibuan, saat berlangsungnya pembukaan Musrenbang dan RKPD Otsus tahun 2022 di Sorong, Selasa (4/4-2023).

Saat kegiatan Musrembang

“Komitmen bersama yang dibarengi dengan konsistensi ini tidak bisa dilepaskan dari setiap pemangku kepentingan di wilayah Papua Barat Daya. Penyikapan isu akan berpengaruh pada nasib sumber generasi emas Indonesia ke depan,” ujar Hairuddin.

 

Dimana, stunting dalam jangka panjang berdampak buruk tidak hanya berpengaruh kepada tumbuh kembangnya anak, tapi juga terhadap perkembangan emosi, yang berakibat pada kerugian ekonomi. Dan, secara akregat akan berpengaruh kepada produktivitas ekonomi Indonesia yang lebih baik.

 

Selanjutnya, berdasarkan data APBD Indonesia tahun anggaran 2021 sampai dengan tahun 2022 terdapat beberapa hal yang menjadi catatan antara lain di antaranya.

 

Pertama, situasi pandemi Covid-19 yang sudah terkendali dan pencabutan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) akan memulihkan situasi pertumbuhan ekonomi.

 

Dengan demikian, lanjut Hairuddin, pendapatan harus mencapai realisasi 100% atau lebih dari target yang ditetapkan.

Kedua, perencanaan target realisasi pendapatan dan belanja harus dibuat perkuatkan, sehingga mempermudah evaluasi pencapaian.

 

Ketiga, monitoring dan evaluasi dengan melaksanakan rapat gubernur bersama kabupaten dan kota untuk memantau realisasi APBD.

 

Jadi, sekarang bisa dibuat bulan per bulan, sehingga tidak terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya, kita memburu di akhir-akhir tahun. Tapi ketika kita membuat program dari awal, sehingga kita tidak membuat kesulitan, tandasnya. (rim/red)

 

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.