Lensapapua– Sebanyak 10 Calon siswa-siswi asli Papua terancam putus sekolah dikarenakan tidak sanggup membayar biaya masuk sekolah dasar.
Kesepuluh siswa-siswi asli Papua tersebut merupakan warga jalan trikora kilometer 7 gunung Kota Sorong yang sedari awal mendaftarkan diri pada SD Inpres 50 Kota Sorong,
Namun sesuai dengan ketentuan sekolah biaya tambahan dengan rincian untuk 5 pasang pakaian seragam, dan buku penunjang kegiatan belajar Kurikulum 2013 dengan total biaya Rp. 1.175.000 per-siswa yang harus langsung dilunasi oleh orang tua, dan karena masuk dalam kategori ekonomi lemah, maka orang tua
berencana menunda memasukkan anak-anak untuk menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar. Rabu (22/6)
Dijelaskan Mama Kamla Kosefa, mewakili sejumlah orang tua lainnya, saat mendaftarkan putranya ke SD Inpres 50 Kota Sorong, pihak sekolah meminta agar pembayaran dilakukan secara langsung dan tidak dicicil.
Padahal sebelumnya telah dijelaskan dirinya merupakan bagian dari masyarakat dengan ekonomi lemah karena tidak mempunyai penghasilan tetap, oleh sebab itu diharapkan agar pemerintah daerah dapat memberikan perhatian atas persoalan tersebut.
Sementara, saat dikonfirmasi, kepala SD Inpres 50 Kota Sorong, Petrus Sondamangalit, mengatakan biaya yang dibayarkan bukan merupakan pungutan sekolah, bahkan dalam penerimaan tidak ada pungutan untuk pembangunan atau sebagainya, termasuk SPP atau biaya BP3 yang sudah ditiadakan.
Sebab SD Inpres 50 merupakan sekolah penerima program Bosda, selain itu, buku dan seragam yang dijual disekolah lebih murah diantara sekolah lainnya dikota Sorong, dan pembayaran yang dilakukan dapat dicicil sebagai bentuk kebijakan manageman SD INpres 50 Kota Sorong.
Berkenaan dengan biaya masuk sekolah dikota Sorong sempat mendapat sorotan legislatif, namun belum ada langkah lanjut ataupun kebijakan pemda Kota Sorong terhadap biaya masuk sekolah terutama bagi siswa-siswi baru. (yud/red)