Lensapapua – Kami semua para dokter dan tenaga medis lainya telah bersepakat dan mengambil keputusan bersama, supaya direktur RSUD Jhon Piet Wanane yakni dr. H. Theo Mansa, spB,.KBD bisa segera diganti.
Pernyataan ini disampaikan Salah satu dokter yang bertugas di RS JP Wanane Km 24 dr Jan Pieter E.A. Kambu, Sp.OG saat melaksanakan aksi demo damai oleh para tenaga medis sebagai bentuk kekecewaan terhadap kepemimpinan direktur yang saat ini menjabat. Jelas Pieter. Jumat (17-03/23)
Dalam aksi ini kata Pieter, ada beberapa hal yang menjadi poin tuntutannya, Yakni uang jasa medik selama sembilan bulan belum dibayarkan, tidak adanya transparansi dalam hal pembayaran jasa medik. Kemudian uang bimbingan para ppds belum dibagikan dan belum dibayarkan uang jasa steril dari BKKBN,” ungkap Pieter
Untuk itu kami meminta dan berharap, agar penjabat Bupati Sorong Yan Piet Mosso dapat melihat semua pokok permasalahan yang terjadi di RSUD ini. Sehingga pelayanan terhadap pasien dapat dilakukan lebih maksimal lagi.
Karena tidak bisa dipungkiri, banyak penolakan terhadap pasien, dan sebagian besar tidak semata-mata hanya masalah administratif belaka, melainkan banyak alat-alat medis yang tidak bisa digunakan karena belum ada aturan tarif untuk peggunanaan alat-alat tersebut.
Coba teman-teman bayangkan, ada peralatan medis, tenaga dokter juga lengkap tapi semuanya tidak bisa dioptimalkan dengan baik, kadang banyak pasien yang ditolak karena hal-hal seperti ini. Bebernya
Lanjut dokter sepesialis kandungan ini mengungkapkan semua pokok permasalahan timbul karena cara kepemimpinan direktur yang saat ini menjabat tidak bisa menjalankan semuanya dengan baik.
Sementara itu, salah satu bidan Elisabet Welin mengungkapkan selain dokter, “banyak tenaga medis yang haknya tidak dibayarkan bahkan tidak sesuai dengan beban kerja yang telah dijalankan ”
Banyak uang-uang yang seharusnya dibayarkan, tidak dibayarkan oleh pihak rumah sakit, terlebih pembayaran yang seharusnya sesuai aturan dan beban kerja, alasannya kenapa dan uangnya dikemanakan, kenapa tidak ada transparansi,”ucap Elisabeth (an/red)