Lensapapua – Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF-RI) terus memperkuat perannya sebagai garda terdepan dalam menyaring dan memfilter konten-konten film di tanah air.
Dengan tugas pentingnya, LSF-RI berkomitmen memastikan masyarakat dapat menonton film yang sesuai dengan nilai-nilai positif dan mendukung tumbuhnya budaya menonton yang sehat.
Ketua Komisi II LSF-RI, Dr. Evan Ismail, M.Si, dalam sosialisasi “Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri” yang diadakan di Swissbel hotel Provinsi Papua Barat Daya, menegaskan pentingnya upaya bersama dalam memajukan budaya menonton sesuai dengan usia. Selasa (15/10-24)
Dengan tema “Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia”, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih tontonan yang aman dan sesuai dengan kategori usia penonton.
Dr. Evan Ismail menjelaskan, “LSF tidak hanya bertugas melakukan penyensoran, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam memilih tontonan melalui budaya sensor mandiri.
Dengan gerakan ini, kami berharap masyarakat dapat menjadi filter pertama dalam menilai apakah sebuah film layak ditonton oleh anak-anak atau sesuai dengan usia mereka.”
Lebih lanjut, Dr. Evan menekankan pentingnya kolaborasi antara LSF, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun kesadaran kolektif mengenai pengaruh film terhadap perkembangan karakter, terutama bagi anak-anak dan remaja.
Dengan adanya sensor mandiri, setiap keluarga diharapkan dapat berperan aktif dalam menjaga generasi muda dari pengaruh negatif film yang tidak sesuai.
Gerakan ini disambut antusias oleh masyarakat Papua Barat Daya yang diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Tujuannya adalah agar semakin banyak masyarakat yang memahami peran penting sensor film dan memilih tontonan dengan lebih bijak, guna menciptakan lingkungan yang lebih aman dan positif dalam dunia perfilman Indonesia. Red