Lensapapua – Bupati Sorong Dr. Stepanus Malak, M.Si mengakui keberadaan Vihara Buddha Sasana Aimas ini baru pertama kali ada di daerah ini. Dengan adanya tempat ibadah tersebut, diharapkan umat Buddha yang ada di daerah ini dapat menjalankan peribadatannya.
Bahkan sebelumnya memang umat Buddha belum memiliki tempat ibadah yang permanen dan tetap dalam melaksanakan ibadatnya, ujar Bupati Malak, Jum’at (6/3).
Dengan adanya vihara ini merupakan kelengkapan dari sarana yang dibutuhkan, seperti apa yang disampaikan pimpinan Buddha Indonesia pada sambutan sebelumnya, bahwa tempat ini selain untuk beribadat, tapi juga warga Buddha dalam menjalin kerukunan hidup dalam kebersamaan toleransi, bahkan juga ada nilai jatidiri yang kita junjung diyakinkan sebagai nilai-nilai dasar dalam kemanusiaan, pintanya.
Jika hal ini kita laksanakan dengan baik, maka wujud dari ketentraman, kedamain itu adalah bagaimana kita bisa menyelesaikan hidup ini, dan merupakan suatu kebagiaan pada diri kita maupun pada lingkungan yang ada.
Kita belajar daripada perkembangan dari waktu ke waktu melihat fenomena yang terjadi di belahan dunia ini semakin global, maka kita akan semakin ditunggu aktivitas dan nilai jatiri manusia, jelas Bupati Malak.
“Dalam nilai-nilai keagamaan bukan lagi sebagai suatu fundamental antara manusia dengan Sang Pencipta, tapi juga sudah masuk dalam kemerosotan moral yang menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa dan masalah yang kian waktu terus terjadi pada manusia dalam dekade tertentu,” bebernya.
Kita lihat di Indonesia agak berbeda dari berbagai pandangan pemikiran para filosofi ilmuwan dunia, bahwa negara kita salah satu kemungkinan yang akan pecah, karena diakibatkan dari nilai-nilai di dalam bangsa kita sendiri, dan bahkan pula kemungkinan tidak bisa digali untuk mempersatukan.
Apalagi kita di Indonesia bukan menganut satu agama, tapi ada berbagai agama baik secara pengakuan hukum di dalam negara, tapi semua ini tidak bisa menggoyahkan karakter Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bersatu dalam hidup kemajemukan untuk kepentingan tersebut.
Seperti halnya kita berada di Papua ini yang memiliki suka yang banyak hampir sekitar 250 lebih, dengan berbagai bahasa dan berbagai kepentingan yang berbeda, tapi dalam kehidupannya tetap satu dalam wadah NKRI yang tetap menunjung tinggi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Ini juga berbagai agama yang dianut dari masing-masing di Papua, khususnya di Kabupaten Sorong. Untuk itu, kita semua dituntut ikut bertanggungjawab mendukung keutuhan masyarakat dalam menjalankan toleransi beragama, “dan kita tidak dipandang dari jumlah pemeluk atau banyaknya tempat ibadahnya bukan demikian.”
Tapi bagaimana kita menjalankan prinsip persatuan yang kokoh dalam kebhinnekaan kemasyarakatan multi agama, sehingga kita menjadikan cermin bahwa kita adalah satu adalah Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni dari Sabang sampai ke Merauke untuk kita jaga bersama, pintanya. (Red)