Lensapapua – Penjabat Bupati Sorong Yan Piet Moso menyebut, kepada OAP (orang asli Papua), jika ingin jadi pengusaha harus siap menerima segala konsekuensinya jika sewaktu waktu ada hal yang terjadi.
“Jangan baru mendapat tender proyek Rp 100 juta misalnya. Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sekitar Rp 60 juta, maka keuntungan itu bisa ditabung untuk menjadi modal usaha,” ujar Moso, saat berlangsungnya Pengukuhan Badan Pengurus Forum Pengusaha Orang Asli Papua, masa bakti 2023-2025, berlangsung, Jumat (24/3/2023) di Aimas.
Dalam setiap penanganan proyek yang dipercayakan pemerintah kepada forum ini, yang beranggotakan 68 pengusaha dari berbagai jenis usaha setiap anggota tolong dimanfaatkan dengan baik.
“Patut saudara ingat, dalam penanganan berbagai proyek yang diberikan itu, pertama yang harus saudara ketahui masalah penanganan sistem manajemennya.Berikut mindset (pola pikir) saudara harus pelit dulu, dan nanti setelah sukses baru bisa menjadi dermawan,” imbau Moso.
“Jadi, jangan membolakbalikkan fakta. Karena tidak selamanya usaha yang digelutinya itu selalu berhasil. Bahkan, terkadang terjadi ada pasang surutnya,” sambungnya.
Budaya-budaya seperti ini harus dirubah. “Jangan menjadi pengusaha hanya mengisi waktu sesaat saja. Ketika ada formasi penerimaan CPNS semuanya ingin jadi pegawai, dan hal seperti ini harus dipikirkan secara baik,” ingat Moso.
Apalagi baru saja menggeluti usaha orang tersebut, ingin menjadi ketua salah satu Parpol. Mana mungkin hal itu bisa terjadi.
Minimal geluti usahanya sekitar 10 tahun atau lebih dari itu ke depan sudah meraih sukses, baru pikirkan lagi untuk mengambil langkah selanjutnya. Apakah bisa memungkinkan atau tidak.
“Secara umum pengusaha besar (konglomerat) yang sukses di bidang usahanya. Merekalah yang akan dipilih untuk menjadi pengurus Parpol, karena punya duitnya banyak,” sebut Moso dan hal itu bukan menjadi rahasia umum lagi para pengusaha sukses itu akan menopang dan membesarkan nama Parpolnya itu sendiri,” bebernya.
Sekarang yang menjadi masalah cara pandang yang salah itu tak perlu main ikut-ikutan. Kita juga harus mengukur kemampuan, dan jika belum memiliki kemampuan jalani saja usaha secara berkesinambungan sampai menjadi seorang yang sukses.
Nah, setelah itu baru mengambil langkah dan sasaran yang tepat dalam mengambil suatu keputusan, harapnya menambahkan. (rim/red)