banner 468x60

Pulau Misool Sebagai Pusat Keaneka Ragaman Hayati Laut Dunia

banner 120x600
banner 468x60

banner 325x300

Lensapapua – Manager Kampanye Pride Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)  Misool, Muhajir, Senin (4/11), mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menjaga tabungan ikan daerah sebagai tempat ikan memijah,bertelur dan bertambah besar, guna memastikan ketersediaan ikan di masa depan.

Sehubungan dengan  itu, menurutnya, diselenggarakan Festival Missol, sebagai bagian dari  rangkaian kegiatan kampanye pride KKLD Misool, yang dijalankan oleh The Nature Conservancy (TNC), bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat.

Hal ini, jelasanya, untuk mendorong masyarakat nelayan di Kampung Fafanlap, Usaha Jaya,Yellu dan Lilinta berhenti menangkap ikan di zona ketahahan pangan dan pariwisata, yakni Daram, Batbitiem, Efpian, Kasya, Sisi,  dan Yaan, yang merupakan daerah tabungan ikan.

Selain itu, katanya, pihaknya mendorong  masyarakat nelayan membuat peraturan kampung tentang pengelolaan daerah tabungan ikan guna menjamin berlangsung sumber daya perikanan KKLD Misool.

Ia mengatakan, dalam festifal Misool  diadakan berbagai lomba, seperti  lomba dayung perorangan dan kelompok, lomba perahu hias, lomba renang dan lomba katinting yang berhubungan dengan kegitan masyarakat nelayan sehari-hari.

Perlombaan diikuti 100 orang untuk seluruh lomba dan dihadiri sekitar 500 orang dari 13 kampung di KKLD Misool.

Misool adalah pulau terbesar di Kepulauan Raja Ampat ujung barat laut Propinsi Papua Barat, dan dikenal sebagai  jantung segi tiga terumbu karang yang diakui sebagai pusat keaneka ragaman hayati laut dunia.

Pulau Raja Ampat merupakan rumah bagi 75 persen dari jenis terumbu karang di dunia, dengan 553 jenis terumbu karang dan 1.437 jenis ikan karang,  dan menjadi salah satu daerah pemijahan ikan pardi, penyu sisik penyu hijau dan karang lunak berwarna warni. Karena itu,  daerah itu menjadi lokasi tujuan wisata terkenal dunia.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat,  potensi perikanan di Raja Ampat mencapai 590-600 ton/tahun, dengan nilai ekonomi pemanfaatan sumber daya laut tahun 2006 sebesar Rp126 miliar dan nilai produksinya sebesar Rp1,2 triliun dalam waktu 20 tahun.  ( Yos/MC/Kus/Redlp)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.